PERUBAHAN SOSIAL DAN
PERKEMBANGAN ZAMAN MENDORONG KAUM
PEREMPUAN BEKERJA DI SEKTOR PUBLIK
ELIUS : GWIJANGGDiE
NPM : 10510003
PROGRAM STUDI
SOSIOLOGI
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas wijaya kusuma surabaya
Tahun Akademik 2011/2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT bahwa saya
telah menyelesaikan artikel yang
berjudul: Kekerasan pada istri dalam rumah tangga Berdampak Terhadap Kesehatan
reproduksi. Walaupun masih jauh dari kesempurnaan, namun saya bersyukur dapat selesai tepat waktu dan untuk itu kami
mengharapkan saran yang bersifat mem-bangun untuk perbaikan artikel ini.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kami ucapkan terima
kasih kepada:
1.
Tim
Dosen yang telah memperluas wawasan kami.
Dengan segala kerendahan hati kami berharap artikel ini
berguna dan bermanfaat bagi yang memerlukannya.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR
ISI
..............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN.................................................................................................1
A.
Latar Belakang ………………………………………………………………..….1
B. System Ide…………………………………………………………………………1
II.
PEMBAHASAN....................................................................................................6
A. System Perilaku......................................................................................................6
B. Peran perempuan dalam
pembangunan……………………………………..……7
C. System
Teknologi Suku Dani..............................................................................10
III. KESIMPULAN DAN SARAN
.........................................................................18
A. Kebudayaan
Mengadapi Masa Depan............................................................18
B. Kebudayaan Sebagai
Pariwisata .......................................................................18
C. Kesimpulan........................................................................................................,.18
BAB.I
A. Latar Belakang
System Sosial Suku Dani, Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem
yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah
menggunakan alat / perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah
mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang
binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang
terkenal sangat kuat dan berat. Suku Dani masih banyak mengenakan “koteka”
(penutup penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan
pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang
beratapkan jerami/ilalang). Jayawi Jaya terletak di Pegunungan Tengah Papua.
Ibukota Kabupaten Wamena. Jayawi Jaya dimekarkan empat Kabupaten baru yakni :
Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Punjak Jaya, dan Kabupaten
Pegunungan Bintang. Jayawi Jaya beriklim tropic basah, hal ini dipengaruhi oleh
letak ketinggian di permukaan laut dengan temperatur udara bervariasi antara
80-200 celcius dengan suhu rata-rata 17,50 celcius dengan hari hujan 152,42
hari pertahun tingkat kelembaban diatas 80%, angin berhembus sepanjang tahun
dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan terendah 2,5 knot.
Topografi
Jayawi Jaya terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas.
Diantara puncak-puncak gunung yang ada beberapa diantaranya selalu tertutup
salju misalnya Pucak Trikora 4750 m, Puncak Yamin 4595m dan Puncak Mandala
4760m. Tanah pada umumnya terdiri dari batu kapur/gamping dan granit terdapat
di daerah pegunungan sedangkan di sekeliling lembah merupakan percampuran
antara endapan Lumpur, tanah liat dan lempung.
B .System Ide
Masyarakat dikota maupun didesa pastilah membutuhkan
seorang pemimpin untuk dapat mewujudkan hidup damai dan serta Rukun, dengan
menjunjung tinggi semangat kebersamaan. didalam suku dani terdapat suatu bentuk
organisasi yang dibuat oleh orang orang asli suku dani, yang diketuai oleh
kepala suku. dia dipilih secara turun temurun dan mendapat sebuah panggilan
didalam suku dani yaitu “Ap kain”yang di
pimpin oleh perempuan.Peran perempuan suku dani dalam konteks
berbangsa dan bernegara, banyak mengalami pasang surut seiring dengan situasi
dan perkembangan keadaan. Pada masa revolusi fisik maupun di awal-awal kemerdekaan indonesia, kaum perampuan di suku dani mempunyai peran dan
porsi yang cukup signifikan, baik dalam usaha meraih kemerdekaan maupun mempertahankan
kemerdekaan yang telah dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Bukti-bukti
sejarah maupun cerita tantang sejarah ( The
tale of history) banyak bercerita bagaimana perjuangan dan keteguhan kaum
perempuan suku dani
dalam membantu para pejuang untuk mengusir para penjajah. Mereka ada di
posko-posko kesehatan maupun di dapur-dapur umum, untuk mendukung setiap
pergerakan dari para pejuang kita. Mereka telah memberikan semangat dan
inspirasi tersendiri para pejuang dalam usaha ikut aktif mempertahankan
kemerdekaan bangsa.
Didalam
menjalankan tugas tugas nya “Ap Kain” dibantu oleh tiga istri-isrin dari tiga kepela suku dan yang lain dibawah kedudukannya.
Mereka mendapat julukan “Ap Menteg, Ap Horeg, dan Ap Ubaik.”Tugas mereka adalah
mengurus perawatan kebun dan binatang-binatang ternak (babi), selain itu juga
menjadi penengah sekaligus hakim ketika ada perselisihan antar suku dani.
Walaupun jalur pemilihannya melalui garis keturunan. Ketua suku yang terpilih
tetap harus memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan-persyaratannya meliputi,
yaitu :
- Mengetahui
pengetahuan dasar tentang dunia pertanian (ilmu pertanian)
-
-Ramah dan juga rendah hati,
- -Terampil
berburu
- -Memiliki
nyali yang tinggi
- -Bisa
melakukan komunikasi dengan baik
- -Memiliki
keberanian yang tinggi untuk melakukan perang antar suku , apabila ada masalah/
permasalahan dengan suku yang lainnya.
BAB.II
PEMBAHASAN SYSTEM
PERILAKU
A.System Perilaku Suku Dani
Budaya Suku
dani dalam menjalani hubungan bermasyarakat terbagi dalam beberapa system
kekerabatan atau kekeluargaan , berikut system kekerabatan suku dani :
1. Hubungan
kekeluargaan yang paling kecil meliputi sebuah perkumpulan yang terdiri dari
dua sampai tiga keluarga yang secara bersama-sama tinggal disebuah komplek yang
ditutup dengan menggunakan pagar bambu atau tanaman tanaman kering. System ini
biasa dinamakan ukul atau klan yang kecil
2. Hubungan
antar suku dani yang didalamnya terdapat beberapa kelompok ukul. Kelompok
atau system ini biasa disebut ukul oak atau ukul besar.
3. Hubungan
territorial , yaitu suatu bentuk hubungan antar kekeluargaan disuku dani, yang
kesatuannya terdiri dari terirorial yang paling kecil suku dani. Merupakan
gabungan dari ukul besar / ukul oak yang diberi nama uma kelompok atau kesatuan
ini sebenarnya
dipimpin oleh kaum laki-laki tetapi pada saat kaum
perempuan yang bekerja di sektor publik, dan membangun suatu organisasi yang
bernama Ap kain,
B. Peran Perempuan Dalam Pembangunan
Peran
perempuan Indonesia dalam konteks berbangsa dan bernegara, banyak mengalami
pasang surut seiring dengan situasi dan perkembangan keadaan. Pada masa
revolusi fisik maupun di awal-awal kemerdekaan, kaum perampuan di Indonesia
mempunyai peran dan porsi yang cukup signifikan, baik dalam usaha meraih
kemerdekaan maupun mempertahankan kemerdekaan yang telah dikumandangkan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Bukti-bukti sejarah maupun cerita tantang sejarah ( The tale of history) banyak bercerita
bagaimana perjuangan dan keteguhan kaum perempuan Indonesia dalam membantu para
pejuang untuk mengusir para penjajah. Mereka ada di posko-posko kesehatan
maupun di dapur-dapur umum, untuk mendukung setiap pergerakan dari para pejuang
kita. Mereka telah memberikan semangat dan inspirasi tersendiri para pejuang
dalam usaha ikut aktif mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Begitu
pula dimasa awal-awal pembangunan di era tahun 70-an. Terlepas dari kepentingan
politik tertentu, kaum perempuan di Indonesia telah terlibat secara aktif dan
positif dalam menggerakkan roda-roda pembangunan sebagaimana tercermin dalam
berbagai bentuk perkumpulan, seperti Dharma Wanita, PERWARI (Persatuan Wanita
Republik Indonesia), di pos-pos Yandu maupun di lingkungan ibu-ibu PKK di
seluruh tanah air.
Sistem kekerabatan masyarakat suku dani ada tiga yaitu kelompok
kekerabatan, paroh masyarakat, dan kelompok teritorial.
a. Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat
suku Dani adalah keluarga luas. Keluarga luas ini terdiri atas tiga atau dua
keluarga inti bersama – sama menghuni suatu kompleks perumahan yang ditutup
pagar (lima). Pernikahan orang Dani bersifat poligami diantaranya poligini.
Keluarga batih ini tinggal di satu – satuan tempat tinggal yang disebut siimo.
Sebuah desa Dani terdiri dari 3 & ndash; 4 slimo yang dihuni 8 & ndash;
10 keluarga. Menurut mitologi suku Dani berasal dari keuturunan sepasang suami
istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di Lembah Baliem
Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang
menikah dengan kerabat suku Moety sehingga perkawinannya berprinsip eksogami
Moety (perkawinan Moety / dengan orang di luar Moety).
b. Paroh masyarakat. Struktur masyarakat Dani
merupakan gabungan beberapa ukul (klen kecil) yang disebut ukul oak (klen
besar)
c. Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang
terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani adalah kompleks perumahan (uma) yang
dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal (diturunkan kepada anak
laki-laki).
Ø Wujud Budaya
Pakaian asli Suku dani sangatlah minim untuk yang
lelaki hanya memakai kulit labu air yang sudah kering yang mereka sebut sebagai
koteka, sedangkan untuk kaum wanitanya hanya menggunakan rok dari
untaian-untaian serat rumput, koteka sendiri ada beberapa macam, yang pendek
mereka gunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti saat mencari rumput ataupun
pergi ke ladang, sedangkan untuk acara resmi atau upacara mereka menggunakan
koteka yang panjang dengan hiasan-hiasan ataupun motif-motif tertentu.
Laki-laki dewasa dan laki-laki
remaja tinggal di rumah yang berbeda dari ibu, wanita dewasa, wanita remaja
serta anak-anak. rumah untuk laki-laki sedikit lebih besar dibandingkan untuk
kaum wanita, sedangkan untuk bentuk rumahnya sendiri tidak jauh berbeda.
struktur rumahnya melingkar mempunyai diameter 4-5 meter ditutup dengan atap
kerucut dari rumput-rumput kering. dinding rumah terbuat dari lembaran kayu
atau kulit kayu, mereka menggunakan rotan untuk mengikat antara kulit yang satu
dengan yang lain. Setiap komunitas kampung dani terbagi dalam dua masyarakat
yang pertama disebut wida yang kedua disebut waiya, pernikahan resmi suku dani
biasanya terjadi diatara dua kelompok masyarakat tersebut. satu kelompok
masyarakat terdiri dari beberapa klan patrilineal yang akhirnya system
pernikahan mereka bersifat eksogami patrilokal, para suami dan lelaki yang
sudah remaja lebih senang menghabiskan waktu di rumah bujang dibandingkan
dengan rumah keluarga, hubungan denga saudara laki-laki ayahnya sangat mempengaruhi
kehidupan sosial mereka.
Politis suku
dani dipengaruhi oleh dua klan yang dominan di suku mereka, mereka akan
mengadakan rapat klan apabila ada sesuatu yang perlu dibicarakan terutama
menghadapi ancaman peperangan dari luar. Kepemimpinan kelompok dani barat
terbagi menjadi 3 tingkatan, antara lain pemimpin pedukuan (bagian dari
kampung) yang disebut nagawan, yang kedua pemimpin rapat (subkonfederasi) yang
disebut sebagai “ap nggowok” yang ketiga adalah pemimpin konfederasi yang
disebut “ap endage mbogot”.
Suku dani juga memiliki tradisi yang cukup ekstrim
apabila kita melihatnya. Tradisi yang sangat ekstrim di suku dani adalah
tradisi “Potong Jari Tangan” Harapannya adalah dengan menggigit ibu jari
kelingking, bayi dapat berbeda dari yang lain dan diharapkan dapat hidup lebih
lama dibanding yang lainnya.
Mungkin
berikut ini adalah salah satu tradisi yang sangat ekstrim didengar, tradisi
potong jari ini terjadi di Suku Dani di Papua.
Tradisi potong jari ini dilakukan oelh masyarakat suku
dani dengan tujuan perwujudan dari rasa kesedihan masyarakat suku dani itu
sendiri , pada acara pemakaman, selain memotong jari orang suku dani juga
melumuri wajah mereka dengan abu dan tanah liat. Sebagai ungkapan kesedihan
mereka. Perlu juga diketahui oleh kita semua , bahwa perwujudan potong
jari ini banyak dilakukan oleh kaum wanita suku dani sebagai ungkapan kesedihan
mereka. Menurut keyakinan suku dani, jika orang yang meninggal dianggap kuat,
diyakini bahwa roh roh mereka juga mengandung kekuatan yang sama juga. Dalam
rangka untuk menenangkan dan mengusir roh-roh beberapa praktek juga
diikuti. Gadis yang terkait dengan si mayat memiliki bagian atas jari-jari
mereka dipotong. sebelum dipotong jari jari akan terikat dengan string untuk
lebih dari 30 menit. Setalah amputasi, jari-jari diijinkan untuk kering,
sebelum mereka dibakar dan abunya dikuburkan dalam sebuah area khusus.
Penjelasan lain adalah bahwa rasa sakit fisik
melambangkan penderitaan dan rasa sakit atas segala rasa kehilangan dari orang
yang dicintainya. Dalam kasus tersebut , jari tangan akan dipotong oleh
keluarga terdekat sepeti ibu, ayah ataupun saudara.dalam ritual aneh lainnya
ibu jari kelingkking bayi juga digigit oleh ibu mereka. Ini mungkin berasal
dari waktu ketika bayi baru lahir kebanyakan darinya meninggal.
C.Sistem
Tekhnologi Suku Dani
Suku Dani
adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Wamena, Papua, Indonesia yang
membentang di antara lekukan lekukan Pegunungan Tengah Jaya Wijaya. Di lembah
inilah masyarakat Suku Dani hidup Harmonis dan menyatu dalam pelukan pegunungan
yang mengelilinginya serta alam Papua yang indah dan menawan. Meskipun
banyak orang menyebut mereka dengan sebutan Suku Dani, namun orang Suku Dani
sendiri menyebut mereka sebagai Suku Parim. Suku Dani atau Suku Parim ini
termasuk suku yang masih memegang teguh kepercayaan mereka.Suku Dani adalah
Suatu suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang dikenal sejak
ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan juga dahulu terkenal sudah
menggunakan alat alat perkakas bahkan disaat diketemukan oleh para ahli, warga
suku dani telah mengenal penggunaan perkakas-perkakas seperti: kapak batu,
pisau yang terbuat dari tulang binatang dan lain sebagainya. Di pegunungan tengah Irian Jaya, terletak sebuah lembah besar dengan
panjang 72 km dan lebar 16 - 31 km, dihuni oleh prajurit dan
petani Neolitik. Suku Dani dan suku-suku sub lain seperti Yali dan Lani dengan
budaya mereka yang sangat kompleks dan primitif, yang masih terlihat seperti
"zaman batu".Lembah Baliem terletak di Kabupaten Wamena, Irian Jaya,
yang dikenal sebagai rumah dari suku asli Papua. Pada decade terakhir ini
suku yang paling terisolasi oleh rawa dan pegunungan. Mereka hidup diantara
belukar, masih memelihara serta mengangkat babi sebagai hewan peliharaannya
atau bisa dikatakan hewan buruannya. Mereka masih menggunakan teknolo gi
Neolitik dari Dunia masa lalu. Ada sekitar kurang lebih 250.000 suku Dani
yang hidup di pegunungan tengah. Lembah Baliem. Salah satu suku tertua di dataran
papua yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi Papua.
Suku Dani membangun pondok mereka dalam suatu senyawa yang baik, dimana
mengekspresikan adaptasi lingkungan dan karakter Dani. Suhu dari dataran tinggi
yang berkisar antara 26 derajat Celcius pada siang hari dan 12 derajat pada
malam hari. Hutan-hutan di mana suku Dani bermukim sangat kaya akan flora dan
fauna yang tak jarang bersifat endemic seperti cenderawasih, mambruk, nuri
bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan
coraknya.Untuk budaya dari Suku Dani sendiri, meskipun suku Dani penganut
Kristen, banyak diantara upacara-upacara mereka masih bercorak budaya lama yang
diturunkan oleh nenek moyang mereka. Suku Dani percaya terhadap rekwasi.
Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan nyanyian, tarian dan persembahan
terhadap nenek moyang. Peperangan dan permusuhan biasanya terjadi karena
masalah pelintasan daerah perbatasan, wanita dan pencurian.
Pada rekwasi
ini, para prajurit biasanya akan membuat tanfa dengan lemak babi, kerang,
bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah pohon mangga, dan bunga-bungaan di bagian
tubuh mereka. Tangan mereka menenteng senjata-senjata tradisional khas suku
Dani seperti tombak, kapak, parang dan busur beserta anak panahnya. Salah satu
kebiasaan unik lainnya dari suku Dani sendiri adalah kebiasaan mereka
mendendangkan nyanyian-nyanyian bersifat heroisme dan atau kisah-kisah sedih
untuk menyemangati dan juga perintang waktu ketika mereka bekerja. Untuk alat
musik yang mengiringi senandung atau dendang ini sendiri adalah biasanya adalah
alat musik pikon, yakni satu alat yang diselipkan diantara lubang hidung dan
telinga mereka. Disamping sebagai pengiring nyanyian, alat ini pun berfungsi
ganda sebagai isyarat kepada teman atau lawan di hutan kala berburu. Jajaran
Pegunungan Trikora jadi benteng alami sekaligus penyedia kehidupan. Di lereng
pegunungan ini, mereka bercocok tanam dan beternak hewan. Tanah vulkanis yang
gembur pun ditanami umbi-umbian, jahe, pisang, dan timun.
Sebagai suku
yang masih terjaga keasliannya, masyarakat Dani membuat peralatan sederhana
berbahan batu dan tulang. Tulang-tulang itu mewakili gaharnya Suku Dani, yang
juga terkenal sebagai pejuang. Sedangkan batu menjadi basis tradisi Bakar Batu,
yakni memasak babi di atas batu panas.
E.Sistem Tekhnologi Suku Dani
Ø . Sistem Ide
Modernisasi
mengandung pengertian pembaharuan yang meliputi seluruh aspek kehidupan,
pergantian cara poduksi, pikiran dan perasaan yang mengarah kepada hal-hal yang
baru: nilai-nilai/norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi,
lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang serta interaksi sosial dan seterusnya untuk suatu kehidupann yang
lebih baik dan lebih layak. Modernisasi merupakan proses sistematik.
Modernisasi melibatkan perubahan pada hampir segala aspek tingkah laku sosial,
termasuk didalamnya industrialisasi, urbanisasi, sekularisasi, sentralisasi dan
sebagainya. Dalam rangka mencapai status modern, struktur dan nilai-nilai
tradisional secara total harus diganti dengan seperangkat sruktur dan
nilai-nilai modern. Untuk hal ini, Huntington , menyatakan, bahwa teori
modernisasi melihat ‘modern’ dan ‘tradisional’ sebagai dua konsep yang pada
dasarnya bertentangan (asimetris). Karena itu ahli sejarah dunia Marshall
Hodgson lebih cenderung tidak menamakan zaman mutakhir umat manusia yang
dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi ini sebagai ‘Zaman’ Modern’-karena
konotasi perkataan ‘modern’ yang selalu positif- melainkan ‘Zaman Teknik’
(teknik age) dengan konotasi yang netral, dapat baik dan dapat pula buruk.
Karena kenetralan ‘Zaman Teknik’ itu maka peran etika amat penting.Bahkan Roger
Garaudy (Muallaf, nama syahadatnya, Muhammad Nuruddin), menyebut zaman teknik
sebagai ‘agama piranti’; Yakni suatu zaman yang didominasi oleh piranti, teknik
atau instrumen, dan sedikit sekali menjawab apa sebenarnya tujuan intrinsik
dari semua itu. Piranti, teknik, dan instrumen menjadi tujuan dalam dirinya
sendiri sehingga menguasai hidup manusia dan menjadi agama baru. Sampai bulan
April 1954, waktu beberapa orang pendeta Nasrani dari Amerika Serikat dari
organasasi penyiaran agama Cristian and Missionary Alliance (disingkat CAMA)
tiba, orang Palim masih hdup terpencil dari dunia luar. Mereka pada waktu itu
masih menggunakan alat batu yang sama bentuknya seperti oleh para ahli
prasejarah diperkirakan berasal dari kala Neolitik, sehingga mereka seakan-akan
masih berada dalam Zaman Batu Neolitik. Para pendeta itu kemudian beberapa
pusat penyiaran agam di bagian selatan Lembah Balim di daerah konfederasi
Asso-Lokobal/Asso-Wetipo (sic). Dengan kehadiran para pendeta itu sebahagian
orang Dani tiba-tiba dihadapkan pada dunia luar yang diwakili orang-orang bule,
yang cara hdupnya dilengkapi peralatan yang serba modern, dari yang berukuran
kecil yang dipakai sehari-hari, sampai pesawat terbang, yang mereka gunakan
sebagai alat transportasi untuk keluar masuk daerah Lembah Balim.
Kontak dengan dunia luar menjadi lebih merata ketika
pemerintah Belanda dalam tahun 1956 mendirikan pos pemerintah di Wamena, yang
dilengkapi dengan lapangan terbang yang dapat didarati pesawat-pesawat sebesar
Dakota dan ketika organisasi penyiaran agama Katolik Minnebriders Fransiskanan
membuka pusat kegiatannya di Wamena dua tahun kemudian.
Ø . Sistem Perilaku
Kontak awal suku Dani di Balim terjadi pada tahun
1926, dengan kedatangan expedisi ilmiah Steerling. Proses modernisasi pada
masyarakat Balim seperti dicatat dalam buku ‘Kebuadayaan Jayawi Jaya’, disunting
Astrid Susanto (1994) terjadi menurut tahapan kurun waktu, sebagai berikut :
1). Masa kontak expedisi Steerling pada tahun 1926;
2). Masa kontak budaya pada tahun 1954-1962.
Kontak modernisasi disini lebih pada budaya material
(kapak, pembukaan pos-pos pemerintah/missi serta pembukaan jalan-jalan raya
(zaman pemerintahan kolonial Belanda).
3). Masa integrasi pada tahun 1963-1969.
Pada masa ini Suku Dani terintegrasi kedalam negara RI
melalui Penpres 1 tahun 1963 dan pada tanggal 16 September 1969 dengan
peristiwa Pepera.
4). Masa awal pembangunan pada tahun 1970-1974.
Pada masa ini pembangunan belum banyak tampak, banyak
sekolah dibuka, komunikasi cukup lancar, perumahan dikota Wamena makin
bertambah, pos-pos di kecamatan dan jalan-jalan raya dibangun, rumah sakit dan
seterusnya.
5). Masa Adaptasi pada tahun 1975-1981. Pada masa ini
banyak pendekatan pembangunan dilakukan sebagai adaptasi sosial-budaya,
Pemerintah Desa dibentuk menurut UU Mendagri No. 5 Thn 1974, kursus pelopor
pembangunan desa dibuka (KPPD) sebagai tempat pengkaderan dari wakil tiap desa
yang dibentuk. Proses pembangunan diterima baik dalam bernahasa Indonesia yang
baik dan banyak hal mengalami penyesuaian dan perubahan.
6.). Masa transisi pada tahun 1982- sampai sekarang
Sebagaimana pada umumnya daerah Pegunungan Tengah
Papua, dalam tahun 1980-1990 awal, Suku Dani, banyak di jumpai kaum prianya
mengenakan busana Koteka dan rumbai bagi wanitanya. Dikota kini tidak banyak
dijumpai, namun daerah-daerah yang masih terisolasi dan jauh dari pusat
pemerintahan banyak terdapat penduduknya yang masih mengenakan Koteka sebagai
lambang ketertinggalan dan keterbelakangan. Usaha moderinisasi baru dilakukan
oleh oleh aparat militer Indonesia seperti dalam operasi task force oleh
Gubernur Aqub Zaenal pada tahun 1970-an awal. Tapi dalam pengertian
sesungguhnya usaha modernisasi dilakukan oleh Missionaris dan pemerintah
Indonesia.
BAB.III
PENUTUP
A. Kebudayaan Menghadapi Masa Depan.
Pergesaran
kebudayaan pastilah terjadi diseluruh Negara didunia,termasuk dinegara kita
Indonesia. Perkembangan serta pergeseran kebudayaan menunjukkan adanya
perubahan dalam tubuh suatu Negara dan bangsa. Perkembangan budaya dalam suatu
Negara biasanya tidak sebatas pada suatu objek atau aspek saja. Tetapi
perkembangan yang menyeluruh keseluruh atau hanya beberapa bagian saja.
Perkembangan kebudayaan di Indonesia sebenarnya
sejalan dengan perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan Dan Tekhnologi) yang
berkembang pesat saat ini. Tingkatan ekonomi,pendidikan dan sosiologi turut
mempengaruhi budaya diIndonesia. Budaya Indonesia yang sifatnya heterogen
tentunya dapat kita bagi menjadi kelompok besar yaitu: budaya Indonesia klasik
dan budaya Indonesia modern(masa kini).
Perkembangan budaya Indonesia kini tidak lah terlepas
dari peran budaya klasik. Para ahli budayawan Indonesia pun setuju dengan pada
kesimpulan kesimpulan tersebut. Kebudayaan klasik bangsa Indonesia adalah
sebuah kebudayaan yang berkembang pada zaman kerajaan kuno. Dari kebudayaan
klasik kita dapat mengutip beberapa pelajaran tentang contohnya kearifan local
dalam suatu tempat atau objek budaya.
Belajar dari kearifan local maka
kita akan mempelajari berbagai dimensi kebudayaan. Dimensi tersebut mencakup
kesenian,filsafat, sastra dan agama. Misalnya saja kita dapat
mengapresiasikan sastra klasik sehingga kita dapat dapat
mencermati seperti apa kehidupan masa lalu bangsa Indonesia. Dimensi
agama,tarian,lukisan,nyanyian,wayang. Bahkan filsafat perang sekalipun
merupakan bagian dari cipta dan karya bangsa Indonesia dimasa lampau. Dengan
demikian kita dapat mengetahui dan dapat mengenal kebudayaan bangsa kita
sendiri pada masa lalu, juga serta dapat menghargai dan mengapresiasikannya
kembali dengan cara-cara yang dapat dikenal orang lain serta mengajak untuk
bisa mempertahankannya salah satu contohnya dibidang pariwisata kita dapat
mengenalkan kembali itu semua kepada turis-turis asing agar mereka pun
mengenal, mengetahui dan akhirnya dapat menghargai juga membantu mempertahankannya
agar tidak tenggelam dimakan perubahan zaman yang kian pesat oleh majunya dunia
tekhnologi dan lain sebagainya.
Kearifan lokal yang dimiliki
kebudayaan klasik memang terbilang agak tua atau bahkan terdengar sekarang
kuno. Namun dari hal itulah terbukti mampu bertahan lama dan tidak
menyebabkan kerusakan terhadap hal apapun. Sebagai contohnya, lihatlah
bagaimana masyarakat baduy atau masyarakat kampung pulo di Tasikmalaya dapat
mampu menjaga kelestarian alam serta mempertahankan keasriannya sebagai warisan
budaya atau warisan nenek moyang mereka yang mereka jaga dengan teguhnya sampai
saat ini juga.
Maju mundurnya atau timbul tenggelamnya satu budaya
termasuk budaya lokal tergantung pada perubahan yang terjadi dalam
masyarakatnya. Ini dipengaruhi oleh nilai-nilai dan pandangan hidup atau sistem
kehidupan yang tumbuh subur dalam masyarakatnya. Perubahan dalam masyarakat
merupakan hasil dari 'pertemuan' nilai-nilai. Ada 'interaksi' antara nilai yang
satu dan nilai yang lain'; ada 'dialog' antara pandangan hidup yang satu dan
pandangan hidup yang lain. Ada ujian terhadap masing-masing sistem kehidupan.
Masyarakat akan berpikir dan
bertindak sesuai dengan nilai, pandangan hidup atau sistem kehidupan yang
diterima. Tindakannya merupakan pancaran dari nilai, pandangan hidup dan sistem
kehidupan yang diterima. Bagaimana masyarakat berpikir, bertindak, bekerja,
menggunakan waktu, berkeluarga, berkehidupan sosial, bertetangga, dan melakukan
aktifitas lainnya- ini semua merupakan gambaran dari nilai-nilai yang diterima
masyarakat.
Namun, perubahan dalam masyarakat
tidak dapat lepas dari perubahan yang terjadi dalam unit masyarakat yang
terkecil, yaitu keluarga. Bila dirinci, ini tidak lepas dari perubahan dalam
tiap individu. Perubahan dalam individu merupakan induk dari perubahan
masyarakat. Bila individu berubah- ini bisa memicu perubahan dalam masyarakat
dan perubahan budaya termasuk budaya lokal. Individu yang terus berubah ke arah
yang lebih baik akan menjadi manusia yang utuh. Ia menjadi sosok manusia yang
bekerja dengan rasa tanggungjawab, mengerjakan pekerjaan sesuai bakat, bekerja
secara rasional, bekerja secara sistematis, bekerja efisien, bekerja keras,
bekerja dengan rajin, bekerja dengan tekun, bekerja dengan pengharapan, dan bekerja
dengan rasa cinta kepada Tuhan dan sesama. Lambat laun ia mempengaruhi
orang-orang di sekelilingnya bahkan berpotensi untuk mempengaruhi masyarakat.
Jadi, perubahan individulah sebagai dasar perubahan masyarakat.
Perubahan yang terjadi pada masyarakat
akan mempengaruhi budaya. Ini akan mempengaruhi aspek-aspek kehidupan yang
lain. Tidak mengherankan bila budaya-budaya lokal mengalami perubahan. Ini saya
lihat sendiri dalam masyarakat Batak. Ada banyak perubahan terjadi dalam
masyarakat dan budayanya. Salah satu contoh yang terjadi di kota adalah bahwa
mayoritas putra-putri Batak yang lahir dan besar di kota tidak bisa berbahasa
daerah. Tulisan-tulisan dalam bahasa Batak minim dan kalah bersaing dengan
tulisan-tulisan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Itu fakta. Apakah
budaya lokal akan bertahan di masa-masa mendatang? Apakah budaya Jawa, budaya
Batak, budaya Sunda, dan budaya lainnya akan bertahan?
Putra-putri
Indonesia tidak perlu mengkwatirkan perubahan dalam budaya nasional. Bahkan
kalaupun budaya daerah tergusur, kita tidak perlu kuatir selama nilai-nilai
yang unggul diterima dan berkembang dalam masyarakat lokal. Tidak ada hukum
bahwa budaya 'kecil'l harus terus bertahan atau dipelihara. Masyarakat yang
menerima nilai-nilai yang lebih tinggi akan menghadirkan budaya-budaya yang
sesuai dengan nilai-nilai yang diterima. Ini prinsip yang tidak dapat dibantah.
Masyarakat yang mau maju akan semakin terbuka terhadap nilai-nilai yang tinggi.
Masyarakat yang demikian lambat laun akan meninggalkan nilai-nilai yang 'kurang
bermutu'. Dengan kata lain, budaya yang berdasarkan pada nilai-nilai 'kebenaran
yang parsial' tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Perubahan
budaya - apakah itu budaya besar ataupun budaya lokal- merupakan konsekuensi
dari benturan nilai-nilai antara budaya yang 'lebih tinggi' dengan 'budaya yang
lebih rendah.' Hal yang perlu direnungkan adalah sejauh mana kita mau menerima
nilai-nilai dari budaya yang lebih tinggi dan memprakttekannya dalam kehidupan
sehari-hari. Ini merupakan sebuah 'petualangan.' Ada tiga unsur budaya yang
penting: ide atau gagasan, tindakan, dan produk.
Benturan Budaya Nasional dengan Budaya Luar
Benturan budaya tak terelakkan.
Diperlukan jiwa yang besar bila suatu saat nilai-nilai budaya kecil akan
tersisih oleh karena hadirnya nilai-nilai dari budaya luar.
Bagaimana Menilai Budaya
Ada tiga opsi untuk menilai budaya. Pertama adalah
dengan menggunakan dasar negara kita, yaitu Pancasila
B. Kebudayaan sebagai Aset Pariwisata
Pariwisata
merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh
pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting
dalam pembangunan Indonesia khususnya sebagai penghasil devisa negara di
samping sektor migas.
Pariwisata merupakan suatu fenomena yang terdiri dari
berbagai aspek, seperti: ekonomi, teknologi, politik, keagamaan, kebudayaan,
ekologi, dan pertahanan dan keamanan. Melalui pariwisata berkembang keterbukaan
dan komunikasi secara lintas budaya, melalui pariwisata juga berkembang
komunikasi yang makin meluas antara komponen-komponen lain dalam kerangka
hubungan yang bersifat saling mempengaruhi Kebudayaan sebagai salah satu aspek
dalam pariwisata dapat dijadikan sebagai suatu potensi dalam pengembangan
pariwisata itu. Hal ini disebabkan, dalam pengembangan pariwisata pada suatu
negara atau suatu daerah sangat terkait dengan potensi yang dimiliki oleh suatu
daerah atau suatu negara. Indonesia, misalnya dengan bermodalkan kekayaan
kebudayaan nasional yang dilatari oleh keunikan berbagai kebudayaan daerah bisa
menggunakan kebudayaan sebagai salah satu daya tarik wisatawan.Pengembangan
kepariwisataan yang bertumpu pada kebudayaan lebih lanjut diistilahkan dengan
pariwisata budaya.
Dengan kata lain, pariwisata budaya adalah
satu jenis kepariwisataan yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaanPariwisata
sebagai suatu fenomena yang terdiri dari berbagai aspek tentu akan berpengaruh
terhadap aspek-aspek tersebut, termasuk kebudayaan yang merupakan salah satu
aspek pariwisata. Apalagi pengembangan pariwisata di Indonesia bertumpu pada
kebudayaan nasional Indonesia, tentu perkembangan pariwisata akan berdampak
bagi kebudayaan nasional IndonesiaDampak yang ditimbulkan oleh pariwisata
terhadap kebudayaan tidak terlepas dari pola interaksi di antaranya yang
cenderung bersifat dinamika dan positif. Dinamika tersebut berkembang, karena
kebudayaan memegang peranan yang penting bagi pembangunan berkelanjutan
pariwisata dan sebaliknya pariwisata memberikan peranan dalam merevitalisasi kebudayaan.
Yang perlu juga menjadi pemikiran
kita bersama, yaitu pola pembinaan kebudayaan dalam arti luas sebagai pendukung
kepariwisataan. Sudah menjadi kenyataan devisa yang dihasilkan dari
pengembangan pariwisata, digunakan oleh negara untuk melaksanakan pembangunan
di segala bidang. Devisa itu dibagi-bagi ke semua aspek pembangunan, sehingga
dirasakan sangat kecil kembali pada bidang kebudayaan. Padahal secara nyata
kebudayaan itulah sebagai penopang paling besar dalam pariwisata untuk
mendatangkan devisa. Oleh karena itu, ada kesan “budaya untuk pariwisata”.
Dengan demikian, kebudayaan di sini
tereksploitasi secara besar-besar dan hanya digunakan sebagai bahan promosi
tanpa adanya usaha untuk menjaga dan melestarikannya. Kini banyak objek wisata
yang tidak tertata akibat dana pemeliharaan yang terbatas. Salah satu contoh
konkret adalah Museum Subak yang ada di Kabupaten Tabanan, Bali. Museum ini
meruapakan aset budaya Bali yang tak ternilai harganya. Sayang, kini museum itu
sepertinya hanya tinggal kenangan.
A. KESIMPULAN
Berdasar data statistik penduduk jumlah perempuan di
Indonesia sebanyak 50,3% dari total penduduk. Hal ini berarti di Indonesia
jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Dengan jumlah perempuan yang
demikian besar maka potensi perempuan perlu lebih diberdayakan sebagai subyek
maupun obyek pembangunan bangsa. Peranan strategis perempuan dalam menyukseskan
pembangunan bangsa dapat dilakukan melalui:
1. Peranan perempuan dalam keluarga,
Perempuan merupakan benteng utama dalam keluarga.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dimulai dari peran perempuan dalam
memberikan pendidikan kepada anaknya sebagai generasi penerus bangsa.
2. Peranan perempuan dalam Pendidikan,
Jumlah perempuan yang demikian
besar merupakan aset dan problematika di bidang ketenaga kerjaan. Dengan
mengelola potensi perempuan melalai bidang pendidikan dan pelatihan maka tenaga
kerja perempuan akan semakin menempati posisi yang lebih terhormat untuk mampu
mengangkat derajat bangsa.
3. Peranan perempuan dalam bidang ekonomi, Pertumbuhan
ekonomi akan memacu pertumbuhan industri dan peningkatan pemenuhan kebutuhan
dan kualitas hidup. Di sektor ini perempuan dapat membantu peningkatan ekonomi
keluarga melalaui berbagai jalur baik kewirausahaan maupun sebagai tenaga kerja
yang terdidik.
DAFTAR PUSTAKA
Anneahira perkembangan-budaya.
Putra-putri-indonesia.com/budaya-lokalwanita dalam pembangunan
Subadra.wordpress./2007/03/14/hubungan-dan-permasalahan-antara-pariwisata-kebudayaan-dan-bahasa/
- Yoeti, Oka A. 1983. Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata.
- Yoeti, Oka A. 1983. Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata.
- Yoeti,Oka A.1996.Pengantar Ilmu Pariwisata.
- Geriya, Wayan. 1996. Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan Lokal, Nasional,
- Spillane, James J. 1989. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya.
- Geriya, Wayan. 1996. Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan Lokal, Nasional,
- Spillane, James J. 1989. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar